Bus Rapid yang Tak Rapid
Malam itu handphone saya berdering tanda BBM
masuk.
“Nur, ada
temanku ajak nonton di TSM kalau Nur mau?”
Sejenak saya
berpikir, naik apa ke sana? Mengingat jarak rumah saya yang cukup jauh dari TSM
dan saya tidak memiliki kendaraan. Tiba-tiba teringat BRT (Bus Rapid Transit),
angkutan umum yang baru-baru ini dijalankan pemerintah. Eh sebenarnya sudah
agak lama sih, hanya saja saya belum
pernah menumpanginya jadi bagi saya itu masih menjadi sesuatu yang baru.
“Naik apa ki ke sana? BRT bisa?”
“Iye, naik BRT sampai di MP, setelah itu
ganti bus yang ke TSM.”
Saya masih
meraba-raba, takut kalau saya salah naik bus. Mengingat bus ini ada beberapa
macam rute. Tetapi, setelah yakin dan besarnya rasa penasaran saya untuk
mencoba menumpangi BRT, akhirnya saya menyetujui ajakan teman saya. Kalau bukan
sekarang kapan lagi? Toh kalau
bingung kan bisa bertanya.
Akhirnya...setelah
membaca di media sosial maupun mendengar langsung cerita dari teman-teman
tentang pengalamannya naik BRT, hari ini saya merasakannya sendiri. Pagi itu
sekitar pukul 09.35, saya berangkat dari rumah menuju halte AURI Daya. Tidak
lama menunggu di halte, BRT pun datang. Saat masuk ke dalam, tempat duduk
hampir penuh. Dari cerita yang selama ini saya baca dan dengar, teman-teman
menceritakan bahwa bus ini sepi penumpang, menandakan bahwa peminatnya masih
kurang. Namun, kenyataan yang saya dapatkan hari ini berbeda. Kursi penuh dan
beberapa penumpang berdiri. Awalnya saya mendapatkan kursi, tetapi saat singgah
di halte Universitas Cokroaminoto ada penumpang yang sedang hamil memasuki bus
dan ternyata itu kak Syadza, senior saya yang baru saja menyelesaikan kuliah di
Negeri Jiran (Alhamdulillah kak, akhirnya bertemu setelah beberapa tahun...pertemuan
yang tidak disangka-sangka). Saya mempersilakan kak Syadza untuk duduk dan saya
memilih untuk berdiri. Dari sini saya berpikir, kesadaran warga Makassar sudah mulai
meningkat untuk beralih ke angkutan umum BRT.
Memang, dari
hari ke hari pengguna kendaraan di Makassar semakin padat, di mana-mana pasti
menemukan kemacetan. Perlahan-lahan, pemerintah mulai berusaha untuk mengatasi
kemacetan tersebut. Lihat saja slogan yang tertempel di jendela BRT, “Ayo naik
bus biar nggak bikin macet”.
Foto: Tribun Timur
Keasyikan
menikmati perjalanan, saya menengok jam, pukul 11. 05. Wah, sudah lebih sejam
dan bus baru mau sampai di halte Mal Panakkukang. Itu berarti saya masih harus
mengganti bus untuk sampai di TSM. Sesampainya di MP, saya beralih ke bus yang
lain dan lagi-lagi kursi yang tersedia hampir penuh. Beruntung saya masih
mendapatkan kursi kosong. Dari segi kenyamanan, saya mengakui memang bus ini
sangat nyaman, full AC, dan bersih. Semoga ini bisa dipertahankan dan penumpang
juga sadar untuk tidak mengotori bus dan membuang sampah sembarangan.
Setelah melalui
perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya sampai juga di Trans Studio Mal. Dan
saat saya menengok jam tangan, jam menunjukkan pukul 12.15. What? Itu berarti lama perjalanan yang
ditempuh dari Daya-TSM lebih dari dua setengah jam? Di luar dugaan sebenarnya.
Sempat terpikir, namanya bus rapid, kok nggak
rapid, ya? Hmm.... Menurut pengamatan
saya, salah satu masalah mengapa bus ini lama adalah saat pembayaran karcis.
Kalau saja karcis dibeli di halte, tidak memakan waktu seperti ini.
Kenyataannya, transaksi pembayaran karcis dilakukan di atas bus. Setiap singgah
di halte, petugas baru akan naik ke bus dan melakukan transaksi, ini tentu
memakan waktu yang tidak sebentar. Selain itu, memang jalanan Makassar yang
cukup padat membuat bus tidak bisa bergerak cepat. Mungkin hal ini bisa diatasi
dengan membuat jalur bus tersendiri seperti jalur Trans Jakarta. Hanya bisa
berharap semoga pemerintah bisa memaksimalkan fasilitas ini sehingga masyarakat
lebih memilih menggunakan BRT.
Sekali
lagi, “Ayo naik bus biar nggak bikin
macet.”
Akhirnya pertanyaan saya selama ini terjawab setelah membaca tulisannya Kak Hajra, kapan dan di mana dibayar itu tiket BRT, untung kubaca tulisanta' ^_^
ReplyDeletehehe.
ReplyDeletebayarnya di atas bus. Tunggu saja pas berhenti di halte ada petugas yang naik dan menagih :D
Enak dibaca Kak. mauka juga coba-coba naik bus deh. hihihi :D
ReplyDeletemasukannya: Penggunaan kalimat langsung saja kak yang perlu diperhatikan :D
Terima kasih masukannya, Eka :)
DeleteAyo naik bus biar nggak bikin macet. haha