Saturday 16 January 2016

Bus Rapid yang Tak Rapid


Malam itu handphone saya berdering tanda BBM masuk.

“Nur, ada temanku ajak nonton di TSM kalau Nur mau?”

Sejenak saya berpikir, naik apa ke sana? Mengingat jarak rumah saya yang cukup jauh dari TSM dan saya tidak memiliki kendaraan. Tiba-tiba teringat BRT (Bus Rapid Transit), angkutan umum yang baru-baru ini dijalankan pemerintah. Eh sebenarnya sudah agak lama sih, hanya saja saya belum pernah menumpanginya jadi bagi saya itu masih menjadi sesuatu yang baru.

“Naik apa ki ke sana? BRT bisa?”

Iye, naik BRT sampai di MP, setelah itu ganti bus yang ke TSM.”

Saya masih meraba-raba, takut kalau saya salah naik bus. Mengingat bus ini ada beberapa macam rute. Tetapi, setelah yakin dan besarnya rasa penasaran saya untuk mencoba menumpangi BRT, akhirnya saya menyetujui ajakan teman saya. Kalau bukan sekarang kapan lagi? Toh kalau bingung kan bisa bertanya.

Akhirnya...setelah membaca di media sosial maupun mendengar langsung cerita dari teman-teman tentang pengalamannya naik BRT, hari ini saya merasakannya sendiri. Pagi itu sekitar pukul 09.35, saya berangkat dari rumah menuju halte AURI Daya. Tidak lama menunggu di halte, BRT pun datang. Saat masuk ke dalam, tempat duduk hampir penuh. Dari cerita yang selama ini saya baca dan dengar, teman-teman menceritakan bahwa bus ini sepi penumpang, menandakan bahwa peminatnya masih kurang. Namun, kenyataan yang saya dapatkan hari ini berbeda. Kursi penuh dan beberapa penumpang berdiri. Awalnya saya mendapatkan kursi, tetapi saat singgah di halte Universitas Cokroaminoto ada penumpang yang sedang hamil memasuki bus dan ternyata itu kak Syadza, senior saya yang baru saja menyelesaikan kuliah di Negeri Jiran (Alhamdulillah kak, akhirnya bertemu setelah beberapa tahun...pertemuan yang tidak disangka-sangka). Saya mempersilakan kak Syadza untuk duduk dan saya memilih untuk berdiri. Dari sini saya berpikir, kesadaran warga Makassar sudah mulai meningkat untuk beralih ke angkutan umum BRT.

Memang, dari hari ke hari pengguna kendaraan di Makassar semakin padat, di mana-mana pasti menemukan kemacetan. Perlahan-lahan, pemerintah mulai berusaha untuk mengatasi kemacetan tersebut. Lihat saja slogan yang tertempel di jendela BRT, “Ayo naik bus biar nggak bikin macet”.

                                                                       Foto: Tribun Timur

Keasyikan menikmati perjalanan, saya menengok jam, pukul 11. 05. Wah, sudah lebih sejam dan bus baru mau sampai di halte Mal Panakkukang. Itu berarti saya masih harus mengganti bus untuk sampai di TSM. Sesampainya di MP, saya beralih ke bus yang lain dan lagi-lagi kursi yang tersedia hampir penuh. Beruntung saya masih mendapatkan kursi kosong. Dari segi kenyamanan, saya mengakui memang bus ini sangat nyaman, full AC, dan bersih. Semoga ini bisa dipertahankan dan penumpang juga sadar untuk tidak mengotori bus dan membuang sampah sembarangan.

Setelah melalui perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya sampai juga di Trans Studio Mal. Dan saat saya menengok jam tangan, jam menunjukkan pukul 12.15. What? Itu berarti lama perjalanan yang ditempuh dari Daya-TSM lebih dari dua setengah jam? Di luar dugaan sebenarnya. Sempat terpikir, namanya bus rapid, kok nggak rapid, ya? Hmm.... Menurut pengamatan saya, salah satu masalah mengapa bus ini lama adalah saat pembayaran karcis. Kalau saja karcis dibeli di halte, tidak memakan waktu seperti ini. Kenyataannya, transaksi pembayaran karcis dilakukan di atas bus. Setiap singgah di halte, petugas baru akan naik ke bus dan melakukan transaksi, ini tentu memakan waktu yang tidak sebentar. Selain itu, memang jalanan Makassar yang cukup padat membuat bus tidak bisa bergerak cepat. Mungkin hal ini bisa diatasi dengan membuat jalur bus tersendiri seperti jalur Trans Jakarta. Hanya bisa berharap semoga pemerintah bisa memaksimalkan fasilitas ini sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan BRT.

Sekali lagi, “Ayo naik bus biar nggak bikin macet.”

4 comments:

  1. Akhirnya pertanyaan saya selama ini terjawab setelah membaca tulisannya Kak Hajra, kapan dan di mana dibayar itu tiket BRT, untung kubaca tulisanta' ^_^

    ReplyDelete
  2. hehe.
    bayarnya di atas bus. Tunggu saja pas berhenti di halte ada petugas yang naik dan menagih :D

    ReplyDelete
  3. Enak dibaca Kak. mauka juga coba-coba naik bus deh. hihihi :D
    masukannya: Penggunaan kalimat langsung saja kak yang perlu diperhatikan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih masukannya, Eka :)
      Ayo naik bus biar nggak bikin macet. haha

      Delete